Plutonium adalah suatu
unsur kimia dalam
tabel periodik yang memiliki lambang
Pu dan
nomor atom 94. Ia merupakan unsur
radioaktif transuranium yang langka dan merupakan logam
aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika terpapar dengan udara, ia akan mengusam oleh karena pembentukan
plutonium(IV) oksida yang menutupi permukaan logam. Unsur ini pada dasarnya memiliki enam
alotrop dan empat
keadaan oksidasi. Ia bereaksi dengan
karbon,
halogen,
nitrogen, dan
silikon. Ketika terpapar dengan kelembaban udara, ia akan membentuk
oksida dan
hidrida dengan volume 70% lebih besar dan menjadi bubuk yang dapat menyala secara spontan. Ia juga merupakan
racun radiologis yang dapat berakumulasi dalam
sumsum tulang.
Oleh karena sifat-sifat seperti inilah, proses penanganan plutonium
cukup berbahaya, walaupun tingkat toksisitas keseluruhan logam ini
kadang-kadang terlalu dibesar-besarkan.
Istotop terpenting
plutonium adalah
plutonium-239 yang memiliki
umur paruh 24.100 tahun. Plutonium-239 merupakan
fisil, yakni ia dapat
memecah ketika dibombardir oleh
neutron termal, melepaskan energi,
radiasi gamma, dan
neutron yang lebih banyak. Oleh karena itu, dia dapat mempertahankan
reaksi rantai nuklir setelah mencapai
massa kritis. Sifat-sifat inilah yang memungkinkan plutonium digunakan sebagai
senjata nuklir dan digunakan pada beberapa
reaktor nuklir.
Isotop paling stabil plutonium adalah plutonium-244, dengan umur paruh
sekitar 80 juta tahun. Umur paruh ini cukup panjang untuk bisa ditemukan
secara alami dalam jumlah kecil. Plutonium-238 memiliki umur paruh 88
tahun dan memancarkan
partikel alfa. Ia adalah sumber panas pada
generator termolistrik radioisotop (digunakan pada beberapa
pesawat antariksa). Plutonium-240 memiliki laju
fisi spontan
yang tinggi sehingga akan meningkatkan tingkat neutron latar pada
sampel. Keberadaan Pu-240 akan membatasi potensi daya dan senjata suatu
sampel. Ia juga digunakan sebagai titik tolok penentuan tingkat (
grade)
plutonium: tingkat senjata (< 7%), tingkat bahan bakar (7–19%), dan
tingkat reaktor (> 19%). Pu-238 dapat disintesis dengan membombardir
uranium-238 dengan
deuteron, sedangkan Pu-239 dengan disintesis dengan membombardir
uranium-238 dengan
neutron.
Unsur 94 pertama kali disintesis oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh
Glenn T. Seaborg dan
Edwin McMillan di
Universitas California, Berkeley pada tahun 1940. McMillan kemudian menamai unsur baru tersebut plutonium (atas nama
Pluto). Penemuan plutonium kemudian menjadi bagian penting dalam
Proyek Manhattan untuk mengembangkan bom atom selama
Perang Dunia II.
Uji nuklir pertama, "
Trinity" (Juli 1945), dan bom atom kedua ("
Fat Man") yang digunakan untuk menghancurkan kota
Nagasaki (Agustus 1945) memiliki inti Pu-239.
Karakteristik
Fisik
Sama seperti logam-logam lainnya, plutonium memiliki penampilan perak mengkilat. Namun ketika terpapar dengan udara bebas,
plutonium(IV) oksida
akan terbentuk dengan cepat dan membuat logam tersebut menjadi kusam
kelabu. Selain itu warna kuning dan hijau zaitun juga pernah dilaporkan.
[1][2] Pada suhu kamar, plutonium berada dalam bentuk
alotop alfanya. Bentuk alotrop inilah yang merupakan bentuk yang paling umum dan memiliki tingkat kekerasan seperti
besi cor, terkecuali apabila ia dialoi dengan logam lainnya dan membuatnya menjadi lunak dan dapat dengan mudah diubah bentuk.
[1] Berbeda dengan kebanyakan jenis logam, plutonium bukanlah konduktor panas dan listrik yang baik.
[1] Ia memiliki
titik leleh yang rendah (640 °C) dan
titik didih yang sangat tinggi (3,327 °C).
[1]
Emisi partikel alfa yang merupakan pelepasan inti
helium berenergi tinggi adalah bentuk radiasi paling umum yang dipancarkan oleh plutonium.
[3] Panas yang dilepaskan selama pelepasan dan deselerasi partikel-partikel alfa ini membuat plutonium dengan ukuran sebesar bola
sofbol terasa hangat ketika disentuh, sedangkan untuk massa plutonium yang lebih besar, ia dapat mendidihkan satu
liter air dalam waktu beberapa menit (bervariasi tergantung pada komposisi isotop).
[4][5]
Resistivitas
plutonium pada suhu kamar sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan
logam lain dan ia akan semakin tinggi ketika temperatur diturunkan.
[6] Tren peningkatan resistivitas ini akan diteruskan sampai dengan 100
K. Di bawah temperatur ini, resistivitas akan menurun drastis.
[6]
Ketika temperatur menurun sampai dengan 20 K, resistivitas meningkat
kembali oleh karena kerusakan radiasi (laju peningkatan sesuai dengan
komposisi isotop).
[6]
Oleh karena swa-iradiasi (
self-irradiation) plutonium, ia akan memperlihatkan kelelahan (
fatigue)
pada keseluruhan struktur kristalnya, yang berarti bahwa penataan atom
pada kristal akan dikacaukan oleh radiasi tersebut dari waktu ke waktu.
[7] Namun, swa-iradiasi juga dapat mengakibatkan
pelunakan yang dapat mengimbangi beberapa efek lelah ketika temperatur ditingkatkan di atas 100 K.
[8]
Alotrop
Plutonium memiliki enam alotrop pada tekanan biasa:
alfa (α),
beta (β),
gamma (γ),
delta (δ),
delta prime (δ′), &
epsilon (ε)
[9]
Plutonium umumnya mempunyai enam
alotrop. Pada temperatur yang tinggi dan jangka tekanan tertentu, alotrop ketujuh (zeta, ζ) dapat terbentuk.
[9] Alotrop-alotrop ini memiliki
tingkat energi yang hampir sama, namun
densitas dan
struktur kristal
yang sangat berbeda. Hal ini membuat plutonium sangat sensitif terhadap
perubahan temperatur, tekanan, dan lingkungan kimiawi. Selain itu,
perubahan volume yang dramatis selama
transisi fase dari satu alotrop ke alotrop lainnya juga memungkinkan.
[7] Tidak seperti bahan-bahan lainnya, densitas plutonium akan
meningkat
ketika ia meleleh (sebesar 2,5%). Namun cairan logam plutonium itu
sendiri menunjukkan penurunan secara linear pada densitasnya seiring
dengan meningkatnya temperatur.
[6] Densitas berbagai alotrop plutonium berkisar dari 16,00 g/cm
3 sampai dengan 19,86 g/cm
3.
[10]
Keberadaan banyak alotrop ini membuat pemrosesan plutonium sangat
sulit. Sebagai contohnya bentuk α plutonium terbentuk pada suhu kamar
dan ia memiliki karakteristik yang mirip dengan
besi cor, namun akan berubah menjadi seperti plastik dan mudah diubah bentuk ketika ia berubah menjadi alotrop β (
beta) pada temperatur yang sedikit lebih tinggi.
[11] Alasan mengapa plutonium memiliki diagram fase yang rumit belumlah sepenuhnya diketahui.
Plutonium dalam bentuk δ (
delta) umumnya terbentuk pada kisaran suhu 310 °C sampai dengan 452 °C, namun ia stabil pada suhu kamar apabila dialoi dengan
galium,
aluminium, ataupun
serium dalam persentase rendah.
[11]
Bentuk delta plutonium memiliki sifat-sifat yang lebih mirip dengan
sifat logam pada umumnya. Ia kira-kira sekuat dan selunak aluminium.
[9]
Fisi nuklir
Plutonium merupakan logam
aktinida radioaktif. Isotop
plutonium-239 (Pu-239) merupakan salah satu dari tiga isotop fisil utama
[12] (sisanya adalah
uranium-233 dan
uranium-235).
[13] Agar dapat dianggap sebagai fisil,
inti atom sebuah isotop haruslah dapat memecah (fisi) ketika ditembakkan dengan
neutron dan melepaskan sejumlah neutron tambahan yang cukup untuk mempertahankan
reaksi berantai nuklir dengan memecahkan inti selanjutnya.
Plutonium tingkat senjata
Pu-239 memiliki
faktor penggandaan
(k) yang positif. Hal ini berarti bahwa jika logam tersebut tersedia
dalam jumlah massa yang mencukupi dan dalam bentuk geometri yang tepat,
ia dapat membentuk
massa kritis.
[14] Selama fisi, sebagian
energi ikat
yang mengikat inti agar tetap bersama dilepaskan sebagai energi panas,
energi kinetik, dan energi elektromagnetik dalam jumlah yang besar. Satu
kilogram Pu-239 dapat menghasilkan ledakan yang setara dengan
20,000 ton
TNT.
[4] Jumlah energi yang sangat besar ini membuat Pu-239 sangat berguna pada
reaktor dan
senjata nuklir.
Keberadaan isotop
plutonium-240 (Pu-240) pada suatu sampel akan membatasi potensial bom nuklir plutonium. Hal ini dikarenakan Pu-240 memiliki laju
fisi spontan yang tinggi (~440 fisi per detik per gram setiap 1.000 neutron per detik per gram
[15]), sehingga meningkatkan tingkat neutron latar, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko pradetonasi.
[16]
Plutonium dapat dikategorikan ke dalam berbagai tingkatan, yaitu
tingkat senjata, tingkat bahan bakar, dan tingkat reaktor, bergantung
pada persentase Pu-240 pada suatu sampel. Plutonium tingkat senjata
memiliki kadar Pu-240 kurang dari 7%, plutonium tingkat bahan bakar
mengandung 7% - 19% Pu-240, dan plutonium tingkat reaktor mengandung
lebih dari 19% Pu-240.
[17] Isotop
plutonium-238 (Pu-238) tidak dapat menjalani fisi nuklir dengan mudah, walaupun ia dapat mengalami
peluruhan alfa.
[4]
Isotop dan sintesis
Terdapat setidaknya dua puluh
isotop radioaktif plutonium yang telah diidentifikasi.
[3]
Isotop yang berumur paling panjang adalah Pu-244, dengan umur paruh
80,8 juta tahun. Diikuti oleh Pu-242 dengan umur paruh 373.300 tahun,
dan Pu-239 dengan umur paruh 24.110 tahun.
[3] Isotop radioaktif sisanya memiliki umur paruh kurang dari 7.000 tahun.
[3] Unsur ini juga memiliki delapan
keadaan metastabil, walaupun tidak ada satupun yang benar-benar stabil dan hanya memiliki umur paruh kurang dari satu detik.
[3]
Isotop plutonium memiliki
bilangan massa yang berkisar dari 228 sampai dengan 247.
[3] Modus peluruhan utama isotop dengan bilangan massa yang lebih rendah daripada isotop paling stabil Pu-244 adalah
fisi spontan dan
emisi alfa. Kebanyakan akan menjadi isotop uranium (92
proton) dan
neptunium (93 proton) sebagai
produk peluruhan (dengan mengabaikan anang inti (
daughter nuclei) yang dihasilkan selama proses fisi).
[3] Modus peluruhan utama isotop yang memiliki bilangan massa lebih tinggi daripada Pu-244 adalah
emisi beta, kebanyakan akan menjadi isotop
amerisium (95 proton) sebagai produk peluruhan.
[3] Pu-241 merupakan
isotop induk deret peluruhan neptunium, meluruh menjadi amerisium-241 via emisi beta maupun elektron.
[4]
Pu-238 dan Pu-239 adalah isotop yang paling sering disintesis.
[4] Pu-239 disintesis via reaksi berikut yang menggunakan uranium (U) dan neutron (n) via peluruhan beta (β
−) dengan neptunium (Np) sebagai zat antara:
[18]
![\mathrm{^{238}_{\ 92}U\ +\ ^{1}_{0}n\ \longrightarrow \ ^{239}_{\ 92}U\ \xrightarrow[23,5 \ menit]{\beta^-} \ ^{239}_{\ 93}Np\ \xrightarrow[2,3565 \ hari]{\beta^-} \ ^{239}_{\ 94}Pu}](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tcbFJUzjZO4F4ycd2U9sDXIinfmoqgchH0x9xlQqhGpG7iDg5Fg-kO5_K3e-jRF-gX3OOrcf7vxeTxAWYNLZdq4KdP-EWZSHHwlvgz5G4b6QwSL1Kp6Gct_41bhQjZke-qSOp6BTs9rcwlcuTcUA=s0-d)
Dengan kata lain, neutron yang berasal dari fisi U-235
ditangkap oleh inti U-238, menjadi U-239;
peluruhan beta
akan menambahkan sebuah proton, menjadi Np-239 (umur paruh 2.36 hari),
dan peluruhan beta lebih lanjut akan mengubahnya menjadi Pu-239.
[19]
Pu-238 disintesis dengan membombardir U-238 dengan
deuteron (D, inti
hidrogen berat) menurut reaksi berikut:
[20]
![\mathrm{^{238}_{\ 92}U\ +\ ^{2}_{1}D\ \longrightarrow \ ^{238}_{\ 93}Np\ +\ 2\ ^{1}_{0}n \quad;\quad ^{238}_{\ 93}Np\ \xrightarrow[2,117 \ hari]{\beta^-} \ ^{238}_{\ 94}Pu}](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tIpU6G3laHAm36UDQubTaJYPErcrep5RGA-CMHK0O6ser-SYerd8ErIY1geLowKOcN9z5V0NUAsEk2GkwY-vaprvY1H_GI4Ki89ze5pntyp8Mbf0tu-4LjS9im2dC3KROm0QQBKG8WzUTWLHQymQ=s0-d)
Pada persamaan ini, deuteron menghantam U-238 dan menghasilkan dua
neutron berserta Np-238. Np-238 secara spontan meluruh dengan
memancarkan partikel beta negatif menjadi Pu-238.
Sifat kimiawi dan senyawa plutonium
Berbagai keadaan oksidasi Pu dalam larutan
Pada suhu kamar, plutonium murni berwarna perak dan ia akan mengusam ketika teroksidasi.
[4] Unsur ini menunjukkan empat
keadaan oksidasi ionik dalam larutan:
[10]
- Pu(III), as Pu3+ (biru lavender)
- Pu(IV), as Pu4+ (kuning coklat)
- Pu(V), as PuO2+ (merah jambu)[catatan 1]
- Pu(VI), as PuO22+ (merah mudah oranye)
- Pu(VII), as PuO53− (hijau)– ion heptavalen ini sangat jarang
Warna larutan yang ditampilkan oleh larutan plutonium bergantung pada keadaan oksidasi dan sifat-sifat
anion asam.
[21] Anion asam akan memengaruhi derajat kompleksasi plutonium.
Logam plutonium dihasilkan dengan mereaksikan plutonium(IV) fluorida dengan
barium,
kalsium ataupun
litium pada suhu 1200 °C.
[22] Ia akan diserang oleh
asam,
oksigen, dan
uap, namun tidak oleh
alkali dan akan larut dengan mudahnya ke dalam
asam klorida,
asam iodat, dan
asam perklorat pekat.
[23]
Lelehan logam plutonium harus disimpan dalam keadaan vakum ataupun pada
atmosfer inert untuk menghindari terjadinya reaksi dengan udara.
[11] Pada suhu 135 °C, logam plutonium akan menyala dan meledak jika diletakkan dalam
karbon tetraklorida.
[24]
Sifat piroforik plutonium dapat menyebabkannya tampak seperti bara api yang menyala.
Plutonium merupakan logam yang reaktif. Pada kelembaban udara ataupun
argon, logam ini akan teroksidasi dengan cepat, menghasilkan campuran
oksida dan
hidrida.
[1] Jika logam tersebut terpapar cukup lama dengan sejumlah uap air, permukaan berbentuk bubuk
PuO2 yang membungkus logam akan terbentuk.
[1] Selain itu, juga terbentuk
plutonium hidrida. Apabila terpapar dengan uap air yang berlebihan, hanya akan terbentuk PuO
2.
[23]
Dengan adanya pembungkusan hidrida ini, logam plutonium bersifat
piroforik,
yang berarti ia akan menyala secara spontan. Oleh karena itu, logam
plutonium biasanya ditangani dalam atmosfer yang inert dan kering
(misalnya argon dan nitrogen).
[1] Oksigen akan memperlambat efek-efek yang disebabkan oleh kelembaban dan berperan sebagai agen
pemasifan.
[1]
Plutonium bereaksi dengan oksigen menjadi PuO dan PuO
2 beserta
intermediat oksida lainnya;
[10] plutonium oksida memiliki volume 40% lebih besar daipada logam plutonium.
[24] Ia bereaksi dengan
halogen dan menghasilkan senyawa seperti PuX
3 (X dapat berupa
F,
Cl, Br ataupun I);
PuF4 dan oksihalida seperti PuOCl, PuOBr dan PuOI juga dilaporkan terbentuk.
[10] Selain itu, reaksi dengan karbon menjadi PuC, nitrogen menjadi PuN, dan
silikon menjadi PuSi
2 juga dapat terjadi.
[10]
Krus yang digunakan untuk menampung plutonium haruslah tahan terhadap lingkungan
reduksi yang kuat.
[11] Logam tahan api seperti
tantalum dan
tungsten berserta oksida stabil
borida,
karbida,
nitrida, dan
silikida dapat menoleransi lingkungan seperti ini.
[11] Peleburan pada
tungku busur elektrik dapat digunakan untuk menghasilkan batangan logam kecil tanpa memerlukan krus.
[11]
Plutonium dapat membentuk
aloi dengan kebanyakan logam. Pengecualian terdapat pada
logam alkali seperti
litium,
kalium, dan
natrium,
logam alkali tanah seperti
barium,
kalsium, dan
stronsium, dan
logam tanah nadir seperti
europium dan
iterbium.
[23] Pengecualian parsial terdapat pada logam tahan api seperti
kromium,
molibdenum,
niobium, tantalum, dan tungsten, yang dapat larut dalam plutonium cair, namun tidak dapat larut pada plutonium padat.
[23]
Keberadaan
Sejumlah kecil isotop plutonium (Pu-239 dan Pu-244) dapat ditemukan
di alam. Pu-244 dapat ditemukan dalam jumlah kecil karena ia merupakan
produk minor peluruhan pada
bijih uranium dan mempunyai umur paruh sekitar 80 juta tahun yang cukup panjang.
[25]
Pu-239 dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi (dalam satuan
bagian per triliun) dan produk peluruhannya dapat secara alami
ditemukan pada beberapa bijih uranium
[26] [27]
Sejumlah kecil plutonium juga dapat ditemukan pada tubuh manusia oleh karena
uji nuklir di atas daratan dan beberapa kecelakaan nuklir besar yang pernah terjadi.
[24]
Kebanyakan uji nuklir atsmosferik telah dihentikan sejak tahun 1963,
namun Perancis masih terus melakukannya sampai dengan tahun 1980-an.
Selain itu, beberapa negara juga masih terus melakukan uji nuklir
tersebut setelah tahun 1963. Oleh karena Pu-239 merupakan hasil
peluruhan radioaktif bijih uranium serta isotop plutonium yang paling
banyak dibuat, ia merupakan isotop yang paling melimpah.
[24]
Sejarah
Penemuan
Pada tahun 1934,
Enrico Fermi dan sekelompok ilmuwan
Universitas Roma La Sapienza melaporkan bahwa mereka telah menemukan unsur 94.
[28] Fermi menyebut unsur ini sebagai
hesperium.
[29] Namun, sampel yang diduga sebagai unsur 94 ini sebenarnya hanyalah campuran
barium,
kripton, dan unsur-unsur lainnya. Tetapi hal ini tidak diketahui pada saat itu karena
fisi nuklir masih belum ditemukan.
[30]
Glenn T. Seaborg dan kelompok ilmuwan Berkeley adalah yang pertama memproduksi plutonium.
Plutonium (Pu-238) pertama kali diproduksi dan diisolasi pada tanggal 14 Desember 1940 oleh Dr.
Glenn T. Seaborg,
Edwin M. McMillan,
J. W. Kennedy,
Z. M. Tatom, dan
A. C. Wahl dengan menembakkan uranium dengan
deuteron. Unsur ini kemudian berhasil diidentifikasi secara kimiawi pada 23 Februari 1941.
[31] Pada percobaan tahun 1940,
neptunium-238
berhasil dihasilkan secara langsung dengan penghantaman, tetapi ia
kemudian meluruh dengan mamancarkan emisi beta dua hari kemudian. Hal
ini mengindikasikan terbentuknya unsur 94.
[24]
Sebuah laporan ilmiah yang mendokumentasikan penemuan unsur plutonium kemudian dipersiapkan oleh para ilmuwan
Universitas California, Berkeley tersebut dan dikirim ke jurnal
Physical Review pada Maret 1941.
[24]
Tetapi laporan tersebut ditarik kembali sebelum publikasi, setelah
ditemukan bahwa isotop unsur baru tersebut (Pu-239) dapat menjalani fisi
nuklir yang dapat digunakan pada
bom atom. Publikasi penemuan unsur tersebut kemudian ditunda setahun setelah akhir
Perang Dunia II oleh karena kekhawatiran pada masalah keamanan dunia.
[12]
Edwin McMillan yang sebelumnya telah menamai unsur transuranium pertama dengan nama
neptunium (berasal dari nama planet
Neptunus) mengajukan bahwa unsur 94, sebagai unsur transuranium kedua, dinamakan dari planet
Pluto.
[4][catatan 2] Seaborg pada awalnya mempertimbangkan nama "plutium", namun kemudian merasa bahwa nama tersebut tidak sebagus "plutonium".
[32]
Pemilihan simbol "Pu" oleh Seaborg pada awalnya hanyalah sebagai
lelucon, namun ternyata simbol tersebut kemudian tanpa disadari telah
terdaftar ke dalam tabel periodik.
[catatan 3]
Nama-nama alternatif lainnya yang pernah Seaborg dan ilmuwan lainnya
pertimbangkan adalah "ultimum" ataupun "extremium" karena terdapat
kepercayaan bahwa mereka telah menemukan
unsur terakhir pada
tabel periodik.
[33]
Penelitian awal
Sifat-sifat kimiawi plutonium ditemukan mirip dengan uranium setelah dilakukan kajian awal selama beberapa bulan.
[24] Penelitian kemudian dilanjutkan di laboratorium rahasia di
Universitas Chicago.
Pada 18 Agustus 1942, sejumlah kecil unsur ini diisolasi dan diukur
untuk pertama kalinya. Sekitar 50 mikrogram plutonium-239 beserta
uranium dan produk fisi diproduksi, namun hanya 1 mikrogram yang
diisolasi.
[26] Prosedur ini mengijinkan para kimiawan menentukan massa atom unsur baru ini.
[34][catatan 4]
Pada November 1943, beberapa plutonium trifluorida berhasil direduksi dan menghasilkan sampel logam plutonium yang pertama.
[26]
Plutonium yang dihasilkan cukup banyak dan membuat plutonium sebagai
unsur pertama yang dihasilkan secara sintetik yang dapat dilihat dengan
mata telanjang.
[35]
Sifat-sifat nuklir plutonium-239 juga dikaji; para peneliti menemukan
bahwa ketika ia ditembakkan dengan neutron, ia akan memecah (fisi) dan
melepaskan lebih banyak neutron dan energi. Neutron-neutron ini kemudian
dapat menghantam atom plutonium-239 lainnya, dan mengakibatkan reaksi
berantai yang meningkat secara eksponensial. Reaksi berantai ini dapat
mengakibatkan ledakan yang cukup besar untuk menghancurkan sebuah kota
apabila isotop dalam jumlah yang cukup dikonsentrasikan dan mencapai
massa kritis.
[24]
Produksi semasa Proyek Manhattan
Semasa Perang Dunia II, pemerintah AS mencanangkan
Proyek Manhattan
yang ditugaskan untuk mengembangkan bom atom. Tiga tempat riset dan
produksi utama proyek ini adalah fasilitas produksi plutonium
Hanford Site, fasilitas
pengayaan uranium di
Oak Ridge, Tennessee, dan laboratorium riset dan desain senjata yang sekarang ini dikenal sebagai
Laboratorium Nasional Los Alamos.
[36]
Muka
Reaktor B Handord yang sedang dalam konstruksi, ia merupakan reaktor produksi plutonium yang pertama
Reaktor produksi pertama yang memproduksi plutonium-239 adalah
Reactor Grafit X-10. Ia mulai bekerja pada tahun 1943 dan dibangun di sebuah fasilitas di Oak Ridge yang kemudian menjadi
Laboratorium Nasional Oak Ridge.
[24][catatan 5]
Pada 5 April 1944,
Emilio Segrè yang berada di Los Alamos menerima sampel pertama plutonium yang dihasilkan oleh reaktor di Oak Ridge.
[37]
Dalam waktu sepuluh hari, ia menemukan bahwa plutonium yang dihasilkan
itu memiliki konsentrasi isotop Pu-240 yang lebih tinggi daripada
plutonium yang dihasilkan dari
siklotron. Pu-240 memiliki laju
fisi spontan yang tinggi dan akan meningkatkan tingkat neutron latar sampel plutonium. Desain senjata plutonium awal yang diberi kode nama "
Thin Man" terpaksa dibatalkan karena peningkatan jumlah neutron spontan akan meningkatkan probabilitas terjadinya pra-detonasi.
Desain senjata plutonium yang dikerjakan di Los Alamos kemudian
diubah menjadi bentuk implosi yang lebih rumit, diberi kode nama "
Fat Man." Senjata implosi (
implosion) ini memiliki desain plutonium berbentuk bola padat yang dikompres menjadi bertekanan tinggi dengan lensa yang mudah meledak.
[37]
Konstruksi
reaktor B Hanford, reaktor nuklir berskala industri yang pertama, diselesaikan pada Maret 1945.
[38] Reaktor B memproduksi bahan fisil yang digunakan untuk senjata plutonium yang digunakan semasa Perang Dunia II.
[catatan 6]
Bom atom Trinity dan Fat Man
Oleh karena keberadaan Pu-240 pada plutonium yang dihasilkan oleh reaktor, desain implosi dikembangkan pada senjata "
Fat Man" dan
Trinity"
Uji bom atom pertama, diberi kode nama
"Trinity" dan didetonasi pada 16 Juli 1945 dekat
Alamogordo, New Mexico, menggunakan plutonium sebagai bahan fisilnya.
[26]
Desain implosi senjata ini menggunakan lensa-lensa peledak yang
digunakan untuk mengompres bola plutonium agar mencapai massa
superkritis. Bola plutonium tersebut kemudian dihujani neutron yang
dihasilkan oleh inisiator yang dibuat dari
berilium dan
polonium.
[24]
Dengan demikian, ia akan menjamin terjadinya reaksi berantai dan
ledakan. Keseluruhan senjata ini memiliki berat lebih dari 4 ton,
walaupun plutonium yang digunakan pada inti senjata hanyalah seberat 6,2
kg.
[39] Sekitar
20% plutonium yang digunakan dalam senjata Trinity menjalani fisi,
menghasilkan ledakan dengan energi setara dengan kira-kira 20.000 ton
TNT.
[40][catatan 7]
Desain identik yang digunakan pada bom atom "
Fat Man" dijatuhkan ke
Nagasaki, Jepang pada 9 Agustus 1945, menewaskan 70.000 orang dan mencederai 100.000 lainnya.
[24] Bom "
Little Boy" yang dijatuhkan ke
Hiroshima tiga hari sebelumnya menggunakan
uranium-235,
dan bukannya plutonium. Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus,
secara efektif mengakhiri perang. Hanya setelah pengumuman bom atom
pertama inilah keberadaan unsur plutonium diberitakan kepada publik.
Penggunaan pada Perang Dingin dan limbah nuklir
Sejumlah besar timbunan plutonium tingkat senjata diproduksi oleh
Uni Soviet dan
Amerika Serikat selama
Perang Dingin. Reaktor-reaktor milik Amerika Serikat di Hanford dan
Savannah River Site di Carolina Selatan memproduksi 103 ton plutonium,
[41] dan diperkirakan 170 ton lainnya diproduksi di Rusia.
[42][catatan 8] Setiap tahun, sekitar 20 ton unsur ini masih diproduksi sebagai produk samping industri
tenaga nuklir.
[10]
Sebanyak 1000 ton plutonium masih dalam penyimpanan, dengan 200 ton di
antaranya berada di dalam atau diekstraksi dari senjata nuklir.
[24]
Desain terowongan penyimpan limbah nuklir yang diajukan untuk pusat penyimpanan limbah nuklir
Gunung Yucca.
Sejak berakhirnya Perang Dunia, timbunan plutonium ini telah menjadi fokus utama
proliferasi nuklir.
Di Amerika Serikat, beberapa plutonium yang diekstraksi dari senjata
nuklir yang telah dibongkar dilebur menjadi dalam bentuk gelondongan
gelas plutonium oksida seberat dua ton. Gelas ini dibuat dari
borosilikat yang dicampur dengan
kadmium dan
gadolinium. Gelondongan-gelodongan ini direncanakan ditutup dengan
baja dan di simpan di lubang bawah tanah sejauh 4 km yang ditopang oleh
beton.
Sampai dengan tahun 2008, hanya tempat penyimpanan limbah nuklir Gunung
Yucca yang dijadwalkan untuk menyimpan plutonium dengan cara demikian. Berbagai penentangan terhadap rencana ini telah menunda usaha penyimpanan limbah nuklir di Gunung Yucca ini.
Percobaan medis
Semasa dan setelah berakhirnya Perang Dunia II, para ilmuwan yang
terlibat dalam Proyek Manhattan dan proyek-proyek riset senjata nuklir
lainnya melakukan berbagai kajian pada efek plutonium terhadap hewan dan
manusia. Pada kajian hewan, ditemukan bahwa beberapa miligram plutonium per kilogram jaringan tubuh merupakan dosis yang mematikan.
Sedangkan pada kasus percobaan pada manusia, disuntikkan larutan yang
mengandung lima mikrogram plutonium ke tubuh pasien rumah sakit yang
telah menderita sakit parah ataupun yang memiliki tingkat harapan hidup
yang lebih kecil dari sepuluh tahun baik oleh karena usia maupun kondisi
penyakit yang kronis.
Kadar suntikan ini diturunkan menjadi satu mikrogram pada Juli 1945
setelah dari data percobaan hewan, ditemukan bahwa cara plutonium
mendistribusikan dirinya pada tulang ternyata lebih berbahaya daripada
radium.
Delapan belas subjek percobaan manusia disuntikkan plutonium tanpa sepengetahuan mereka.
Percobaan ini dilakukan untuk mengembangkan alat diagnostik yang dapat
menentukan kadar penyerapan plutonium dalam tubuh, sehingga dapat
dikembangkan sebuah standar keamaan pekerjaan yang melibatkan plutonium.
Pada zaman sekarang, percobaan pada manusia ini dianggap sebagai pelanggaran kode etik kedokteran dan
sumpah Hippokrates yang serius.
Penerapan
Bahan peledak
Oleh karena kemudahan isotop Pu-239 menjalani fisi dan ketersediaannya, ia merupakan komponen fisil utama dalam pembuatan
senjata nuklir.
Dengan membungkus bola plutonium padat dengan pemadat (lapisan tambahan
yang dibuat dari bahan-bahan padat) akan menurunkan jumlah plutonium
yang diperlukan untuk mencapai
massa kritis
dengan memantulkan kembali neutron yang lolos kembali ke inti
plutonium. Hal ini akan menurunkan jumlah plutonium yang diperlukan dari
16 kg menjadi 10 kg, berupa bola berdiameter 10 cm. Massa kritis ini adalah sekitar sepertiga daripada massa kritis U-235.
Bom plutonium jenis "
Fat Man" yang diproduksi semasa
Proyek Manhattan
menggunakan kompresi eksplosif plutonium untuk mendapatkan tingkat
densitas plutonium yang lebih besar daripada biasanya dan
menggabungkannya dengan sumber neutron untuk memulai reaksi dan
meningkatkan efisiensi. Sehingga, hanya diperlukan 6,2 kg plutonium
untuk mendapatkan
daya ledak yang setara dengan 20 kiloton
TNT.
Secara teoritis, hanya diperlukan sejumlah kecil 4 kg plutonium (atau
bahkan lebih kecil dari itu) untuk membuat bom atom dengan desain
perakitan yang canggih.
Penggunaan limbah nuklir
PUREX (
Plutonium–
URanium
EXtraction) memroses ulang
bahan bakar nuklir yang telah digunakan untuk mengekstraksi uranium dan plutonium dalam bentuk bahan bakar oksida campuran (
MOX)
yang dapat digunakan kembali dalam reaktor nuklir. Plutonium tingkat
senjata dapat kemudian ditambahkan ke campuran bahan bakar tersebut.
Bahan bakar MOX digunakan pada
reaktor air ringan
dan terdiri dari 60 kg plutonium per ton bahan bakar. Setelah empat
tahun, tiga per empat plutonium tersebut akan telah habis digunakan
(berubah menjadi unsur lain).
Reaktor pembiak secara spesifik dirancang untuk mendapatkan bahan fisil dengan laju yang lebih cepat daripada laju konsumsi bahan tersebut.
Bahan bakar MOX telah digunakan sejak tahun 1980-an dan secara luas digunakan di Eropa. Pada bulan September 2000, Amerika Serikat dan
Rusia menandatangani Perjanjian Pengelolaan dan Disposisi Plutonium (
Plutonium Management and Disposition Agreement) yang mana masing-masing pihak setuju untuk membuang 34 ton plutonium tingkat senjata.
Departemen Energi AS berencana membuang 34 ton plutonium tingkat
senjata sebelum akhir 2019 dengan mengubahnya menjadi bahan bakar MOX
yang dapat digunakan pada reaktor nuklir komersial.
Efisiensi juga bisa didapatkan melalui pemrosesan ulang, yakni
batangan bahan bakar diproses untuk menghilangkan produk limbah yang
mencapai 3% berat total batangan tersebut setelah tiga tahun penggunaan.
Isotop uranium dan plutonoum apapun yang dihasilkan selama tiga tahun
tersebut ditinggalkan dan batangan tersebut kembali digunakan.
[catatan 10] Namun, keberadaan 1%
galium per massa plutonium tingkat senjata memiliki potensi membatasi operasi jangka panjang reaktor air ringan.
241Am baru-baru ini telah diajukan untuk digunakan sebagai
agen detanurasi batangan bahan bakar reaktor dengan membuat bahan bakar
tersebut tidak dapat digunakan kembali lagi untuk konversi
senjata nuklir.
Sumber tenaga dan panas
Pelet
238PuO
2 yang berpijar
Isotop
plutonium-238 (Pu-238) memiliki umur paruh 87,5 tahun. Ia memancarkan sejumlah besar
energi termal dengan tingkat pancaran
sinar gama dan partikel
neutron spontan yang rendah. Sebagai pemancar
partikel alfa,
ia memancarkan radiasi berenergi tinggi dengan tingkat penetrasi yang
rendah, sehingga hanya diperlukan pemerisaian yang minimal. Selembar
kertas dapat digunakan untuk memerisai partikel alfa yang dipancarkan
oleh Pu-238 manakala satu
kilogram isotop ini dapat menghasilkan 22 juta kilowat jam energi panas.
Sifat-sifat ini membuat isotop Pu-238 sangat cocok digunakan sebagai
sumber listrik peralatan yang harus berfungsi tanpa pemeliharaan secara
langsung selama seumur hayat manusia. Oleh karenanya, ia digunakan dalam
pembangkit termolistrik radioisotop dan
unit pemanas radioisotop yang digunakan pada misi penjelajahan luar angkasa
Cassini,
Voyager dan
New Horizons.
Plutonium-238 juga telah sukses digunakan untuk menenagai pemacu jantung buatan, sehingga mengurangi risiko pembedahan ulang. Ia umumnya telah digantikan dengan sel primer berbasis
litium.
Namun, sampai dengan tahun 2003, masih terdapat sekitar 50 sampai
dengan 100 pemacu jantung yang ditenagai plutonium yang masih ditanam
dan berfungsi. Plutonium-238 yang dicampur dengan berilium digunakan untuk menghasilkan neutron untuk tujuan riset.
Wewanti
Toksisitas
Isotop dan senyawa plutonium sangat beracun oleh karena radioaktivitasnya. Dari sudut pandang
toksisitas kimiawi,
arsen dan
sianida lebih beracun daripada plutonium, dan plutonium sama beracunnya dengan
kafeina.
Plutonium lebih berbahaya ketika terhirup daripada tertelan. Resiko
kanker paru-paru meningkat seketika radiasi yang terhirup melebihi 400
mSv.
Ia tidak akan diserap ke dalam tubuh secara efisien apabila tertelan;
hanya sekitar 0,04% plutonium oksida yang diserap setelah ditelan. Ketika plutonium diserap ke dalam tubuh, ia akan diekskresikan dengan sangat lambat, dengan
waktu paruh hayati selama 200 tahun.Plutonium mempunyai rasa seperti logam.
Radiasi
alfa
yang dipancarkan plutonium tidak dapat menembus kulit, namun dapat
mengiradiasi organ-organ dalam ketika plutonium terhirup ataupun
tertelan. Orang tubuh yang paling berisiko terkena iradiasi adalah
tulang (di mana ia paling berkemungkinan diserap ke permukaan tulang) dan
hati (di mana ia dikumpulkan dan menjadi terkonsentrasi).
Plutonium dalam jumlah yang sangat besar dapat menyebabkan
keracunan radiasi
yang akut dan kematian jika ditelan ataupun dihirup; namun, sampai
sekarang tidak ada satupun manusia yang diketahui meninggal oleh karena
menghirup ataupun menelan plutonium. Selain itu banyak orang mempunyai
sejumlah kecil plutonium yang dapat dideteksi dalam tubuh mereka.
Massa kritis
Reka ulang percobaan yang dilakukan oleh Harry Daghlian dengan bola plutonium yang dikelilingi oleh
wolfram karbida yang dapat memantulkan neutron
Selain permasalahan pada toksisitas plutonium, akumulasi sejumlah plutonium yang mencapai
massa kritis juga harus dihindari, terutama karena massa kritis plutonium hanyalah sepertiga daripada massa kritis uranium-235. Plutonium yang mencapai massa kritis akan memancarkan sejumlah
neutron dan
sinar gama dalam kadar yang mematikan. Plutonium dalam larutan lebih berkemungkinan membentuk massa kritis daripada plutonium dalam bentuk padatan.
Dalam sejarahnya, telah terjadi beberapa kecelakaan yang melibatkan
pembentukan massa kritis ini. Penanganan yang tidak hati-hati pada bata
wolfram karbida yang diletakkan di sekitar 6,2 kg bola plutonium menyebabkan radiasi dengan dosis fatal pada tanggal 21 Agustus 1945 di
Los Alamos, yang mana ilmuwan
Harry K. Daghlian, Jr. menerima dosis yang diperkirakan setara dengan 5,1
Sievert dan meninggal 28 hari sesudahnya. Sembilan bulan kemudian, ilmuwan Los Alamos lainnya,
Louis Slotin,
juga meninggal dalam kecelakaan yang melibatkan reflektor berilium dan
inti plutonium yang sama, yang sebelumnya telah menyebabkan kematian
Daghlian (bola plutonium ini kemudian diberi nama panggilan "demon
core").Insiden ini kemudian diangkat ke dalam film tahun 1989
Fat Man and Little Boy.
Pada bulan Desember 1958, selama proses pemurnian plutonium di Los
Alamos, massa kritis terbentuk di dalam tabung pencampuran, menyebabkan
kematian operator derek. Selain itu, kecelakaan nuklir lainnya juga pernah terjadi di
Uni Soviet,
Jepang, dan negara-negara lainnya.
Kemudahbakaran
Logam plutonium juga merupakan bahan yang mudah terbakar. Ia akan
bereaksi dengan oksigen dan air, yang akan menyebabkan akumulasi
plutonium hidrida.
Plutonium hidrida merupakan bahan piroforik dan akan menyala ketika
terkena udara bebas pada suhu kamar. Plutonium akan mengembang melebihi
70% volume awal ketika ia teroksidasi, sehingga dapat merusak wadah
penampung. Pasir magnesium oksida merupakan bahan yang paling efektif
dalam memadamkan api plutonium. Ia mendinginkan bahan yang terbakar, dan
bekerja sebagai
sungap panas (
heat sink)
serta memblok oksigen. Untuk menghindari terjadinya kebakaran,
penanganan yang khusus perlu diterapkan. Umumnya diperlukan penanganan
dalam atomosfer inert.